JAKARTA - Islam adalah agama damai sehingga munculnya ghirah ummat Islam untuk bersatu dan bersaudara tidak bisa dipandang sebagai ancaman. Persatuan dan persaudaraan ummat Islam Indonesia yang terus bergelora seharusnya dimaknai sebagai potensi bangsa untuk menjaga kedaulatan bangsa. Karena jangankan darah, nyawa pun siap diberikan untuk negara asalkan potensi yang dimiliki ummat ini tidak dikebiri dan tidak diperlakukan secara zhalim.
Tuduhan kepada ummat Islam tidak Pancasilais, anti-Bhinneka Tunggal Ika, intoleran, adalah upaya yang ingin memecah belah bangsa. Bahkan sesama ummat Islam mulai diadudomba padahal ummat saat ini sudah reaktif dan skeptis terhadap informasi-informasi hoaks dan fitnah yang terus diembuskan para penghianat bangsa dan penghianat Pancasila.
"Aksi Bela Islam jangan dianggap sebagai ancaman. Ini adalah potensi ummat Islam yang harus direspons dengan positif. Islam adalah agama damai, jangan terpurukkan mereka. Islam kalian tuduh dengan berbagai tudingan. Padahal, kalau ada ummat paling ingin tegakkan NKRI, itulah Islam. Ummat Islam tidak hanya menyiapkan darahnya untuk NKRI, tetapi sudah menyiapkan nyawanya," tegas Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF MUI) KH Bachtiar Nasir pada Subuh Berjamaah di AQL Islamic Center, Jakarta, Ahad (22/1).
Pimpinan AQL Islamic Center ini mengatakan, toleransi sudah dan struktur sosial Islam sudah diatur sebaik mungkin untuk kebaikan ummat manusia. Konsep Islam "lakum diinukum waliyadiin" atau "bagi kalian agama kalian dan bagi saya agama saya" sangat ideal dalam tatanan masyarakat bergama. Inilah wujud toleransi ummat Islam, Islam adalah pemimpin bagi Islam, dan ummat lain juga hanya jadi pemimpin bagi ummat lain. Inilah yang ditegaskan dalam Qur'an Surat Al-Maidah Ayat 51.
"Orang yang memilih pemimpin kafir, cara berpikirnya hingga pada semua sikapnya akan sama dengan pemimpinnya. Karena agama rakyat tergantung agama pemimpinnya, budaya rakyat tergantung budaya pemimpinnya," katanya.
Dengan begitu, kaum mayoritas haruslah dipimpin dari kalangannya. Itu berlaku bagi ummat Islam, Kristen, Hindu, dan Budha. Karenanya, KH Bachtiar Nasir mengingatkan, aksi ummat yang dimotori GNPF MUI tidak perlu dikhawatirkan sebagai ancaman. "Shalat subuh jamaah bukan siaga perang. Ini adalah peran ummat untuk membangkitkan izzah ummat Islam," kata Sekjen Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Pusat ini.
Subuh Berjamaah AQL Islamic Center mengangkat tema " Tegakkan Al-Maidah 51". Jamaah yang hadir dari berbagai wilayah di Jabodetabek itu memadati Masjid AQL dan meluber ke jalan hingga beberapa shaf. (Azh)
Tuduhan kepada ummat Islam tidak Pancasilais, anti-Bhinneka Tunggal Ika, intoleran, adalah upaya yang ingin memecah belah bangsa. Bahkan sesama ummat Islam mulai diadudomba padahal ummat saat ini sudah reaktif dan skeptis terhadap informasi-informasi hoaks dan fitnah yang terus diembuskan para penghianat bangsa dan penghianat Pancasila.
"Aksi Bela Islam jangan dianggap sebagai ancaman. Ini adalah potensi ummat Islam yang harus direspons dengan positif. Islam adalah agama damai, jangan terpurukkan mereka. Islam kalian tuduh dengan berbagai tudingan. Padahal, kalau ada ummat paling ingin tegakkan NKRI, itulah Islam. Ummat Islam tidak hanya menyiapkan darahnya untuk NKRI, tetapi sudah menyiapkan nyawanya," tegas Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF MUI) KH Bachtiar Nasir pada Subuh Berjamaah di AQL Islamic Center, Jakarta, Ahad (22/1).
Pimpinan AQL Islamic Center ini mengatakan, toleransi sudah dan struktur sosial Islam sudah diatur sebaik mungkin untuk kebaikan ummat manusia. Konsep Islam "lakum diinukum waliyadiin" atau "bagi kalian agama kalian dan bagi saya agama saya" sangat ideal dalam tatanan masyarakat bergama. Inilah wujud toleransi ummat Islam, Islam adalah pemimpin bagi Islam, dan ummat lain juga hanya jadi pemimpin bagi ummat lain. Inilah yang ditegaskan dalam Qur'an Surat Al-Maidah Ayat 51.
"Orang yang memilih pemimpin kafir, cara berpikirnya hingga pada semua sikapnya akan sama dengan pemimpinnya. Karena agama rakyat tergantung agama pemimpinnya, budaya rakyat tergantung budaya pemimpinnya," katanya.
Dengan begitu, kaum mayoritas haruslah dipimpin dari kalangannya. Itu berlaku bagi ummat Islam, Kristen, Hindu, dan Budha. Karenanya, KH Bachtiar Nasir mengingatkan, aksi ummat yang dimotori GNPF MUI tidak perlu dikhawatirkan sebagai ancaman. "Shalat subuh jamaah bukan siaga perang. Ini adalah peran ummat untuk membangkitkan izzah ummat Islam," kata Sekjen Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Pusat ini.
Subuh Berjamaah AQL Islamic Center mengangkat tema " Tegakkan Al-Maidah 51". Jamaah yang hadir dari berbagai wilayah di Jabodetabek itu memadati Masjid AQL dan meluber ke jalan hingga beberapa shaf. (Azh)