BELAJARLAH PADA UMAT ISLAM INDONESIA
(Potret Umat Islam Pada Aksi Bela Islam dan Aksi Kawal Sidang)
Baik pada Aksi Bela Islam maupun Aksi Kawal Sidang. Inilah gambaran sederhana pada wajah wajah umat Islam jika tanpa manipulasi framming dari media-media banci yang lebih cinta kepada 'panci' ketimbang detik-detik perjuangan Umat Islam dalam membela kitab suci.
Jika masyarakat Kota Bandung bangga dengan slogan bersih, hijau, berbunga. Masyarakat Indonesia pun patut bangga dengan masih adanya Umat Islam Indonesia yg bersih, berani, dan bersaudara.
Inilah potret jujur Umat Islam dlm miniatur perilaku, yg mencerminkan sebagian kecil dari kekayaan khazanah ajaran agama-nya. Sangat kontraproduktif dengan yg selama ini masih terus saja dicitrakan dan dibentuk identitasnya oleh para pembenci ajaran yg mulia ini.
Umat Islam adalah umat yg satu (Tauhid), sekumpulan hamba-hamba dari Tuhan yang Maha Esa (Ahad-un). Rabb yang tak bernasab (Al Wahid Al Witr). Tak beranak dan tidak juga diper-anak-an (Lam Yalid - Wa Lam Yuulad). Dari pengertian itu, maka alangkah lucu dan menggemaskan bila ada pihak-pihak yg menggugat bahkan sampai melapor pada aparat menyoal ke-ESA-an Rabb yg justru ke-ESA-annya kekal dan melekat.
Jika pun ada, mungkin itulah mereka yg sedang adaptasi dengan masa puberitas, baik puber pertama maupun kedua,, hehehe. Namun, saat keseruan puber kedua tercium oleh istri pertama yg galaknya mirip si mbok yg katanya lagi koma, merekapun lantas merintih pada Tuhan Yang Maha Esa agar kembali jadi balita... (Hahahaha... Ups)
Lain halnya dengan umat Islam di negeri tetangga, dimana Dolar dan Yuan bertebaran dimana-mana, kadang dibalik peci hitam, kadang juga dibalik celana dalam #eehh. Mereka ini Umat Islam juga, sama dengan kita. Bedanya kita bersaudara, sedangkan mereka Tuhannya yg justru banyak sodara. Karena buat mereka, semua agama itu sama. Jadi bagi mereka umat Islam tetangga, mungkin ada anggapan bahwa Tuhan dari suatu agama kakak beradik dengan Tuhan agama lainnya. Entah ibunya sama atau tidak, itu sih bukan urusan kita, Umat Islam Indonesia.
Sifat mereka ini (Islam negeri tetangga) mirip dengan media yg cirinya sudah saya tulis di paragraf pertama. Hanya bedanya, jika media mencintai panci. Maka mereka umat Islam tetangga justru alergi pada panci, terutama pasca insiden Bekasi. Saking alergi-nya, untuk masak sekalipun mereka lebih memilih masak sayur pake peci ketimbang masak dalam panci.
Itulah Islam negeri tetangga lengkap dgn ciri mereka sehari-hari. Masak, goreng, dan tumis pake peci namun giliran datang musim kemarau rame-rame khilaf nampung air pake panci (?..?..?..)
Bagi mereka yang paling penting itu adalah toleransi, tak peduli agama di maki atau kitab yg di caci. Karena katanya, Tuhan usah di bela-bela segala. Agama itu suci jadi tak butuh diurusi. Eeh giliran ditanya bidan, rame-rame lapor polisi.
Itulah sedikit gambaran identitas mereka, pokoknya, "nothing important" except TOLERANSI, karena dengan begitulah dolar dan Yuan lestari abadi.
Huuuuuufh, tapi ya sudahlah..
Saya cukupkan sampai disini.
Bersyukurlah kita hidup di Negeri ini,
dimana Umat Islam paham betul bagaimana memaknai toleransi agar selaras dengan falsafah bumi Pertiwi dan tuntunan kitab suci.
Maka wahai saudara-saudara,,
Belajarlah Pada Umat Islam Indonesia.
Wassalam.
Al-Faqir,
Hizbullah Ivan