DETIK: Lieus Diusir Karena Serobot Antrean, Zeng Wei Jian: Siapa Juga yang Mau Ngantre Buat Selfie Sama Gubernur KALAH?


[PORTAL-ISLAM] Sebuah insiden mengejutkan terjadi di Balaikota DKI Jakarta, kemarin Senin 8 Mei 2017.

Dilansir dari portal media online detik.com, Aktivis Tionghoa Lieus Sungkharisma diusir dari Balaikota DKI Jakarta oleh para pendukung petahana Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Lieus diusir karena dianggap telah menyerobot antrean warga yang ingin bertemu dan berfoto dengan Ahok. (link: https://news.detik.com/berita/3495639/serobot-antrean-bertemu-ahok-pria-ini-bikin-heboh-balai-kota )

Setidaknya, begitulah yang terjadi menurut media arus utama tersebut.

Gerah dengan pemberitaan detik.com,  seorang aktivis Tionghoa Zeng Wei Jian yang turut menemani Lieus Sungkharisma pun angkat bicara. Secara blak-blakkan, ia menepis framing detik yang menuding bahwa Lieus "menyerobot antrean".

Berikut tulisan Zeng Wei Jian selengkapnya.

Beberapa hari ini, medsos meriah foto-foto Balai Kota. Ada balon-balon, karangan bunga, sebagian besar rusak. Mirip sampah. Ada ibu-ibu berpose di pinggir air mancur. Anak-anak kecil riang. Saya sampai heran, ini Balai Kota, Dufan, Disney Land.

Saya ajak Lieus Sungkharisma ke Balai Kota. Dia tanya mau ngapain. Saya jawab, lihat balon.

Sekitar jam 4 sore, Senin 08 Mei 2017, kita tiba di sekitar Monas. Barisan Standing Flower tampak. Semuanya koyak. Pemandangan jadi tidak sedap. Di depan gerbang Balai Kota, ada empat pemuda. Dekil, berseragam kotak-kotak merah. Ada logo "projo" di dada kanan mereka.

Benar aja, taman Balai Kota penuh Standing Flower. Buntalan balon-balon merah putih bertebaran. Anak-anak kecil, remaja, ibu-ibu, preman ambon, Ahoker kotak-kotak, encim-encim cina pada selfie. Riang gembira. Seakan merayakan tumbangnya Ahok-Djarot. Benar, suasananya mirip taman hiburan.

Kesakralan kantor gubernur hilang. Didominasi canda tawa. Prinsen Park kalah seru.

Sederet pengantri tampak di teras kantor gubernur. Ahok kasih chance selfie, per 20 Ahoker. Saya tanya sudah berapa lama mereka antri. Ada yang jawab 2 jam. Lima orang perempuan ngemper di lantai. Mungkin mereka lelah. Ada ibu dari Papua, Medan, Tangerang. Mereka datang khusus ingin selfie dengan sang pujaan: AHOK.

Menurut seorang Ahoker, acara antri selfi bisa sampe jam 7 malam. Saya heran, Ahok kapan kerjanya. Secara de jure, Ahok masih Gubernur DKI. Sekalipun secara de facto dan moral politik dia sudah selesai. Katanya, dia masih berencana pengen gusur Kampung Aquarium lagi.

Tiba-tiba ada pemuda cina tanya kenapa Lieus anti Ahok.

Lieus kasih penjelasan. Samar-samar saya dengar dia cerita soal kasus Sumber Waras. Saya sibuk cari gambar. Jadi nggak terlalu dengar apa yang dikatakan Lieus.

Muka beberapa Ahoker mulai tegang. Mungkin mereka kesal dengar omongan Lieus. Semakin lama semakin skut. Pamdal dan preman satu per satu berdatangan.

Edan Lieus. Dia masih mengecam Ahok tepat di depan kantornya. Di tengah ratusan ahoker yang sedang patah hati. Mereka pasti deg-degan, besok vonis Ahok di pengadilan.

Si pemuda minta selfie. Saya bikin simbol tiga jari. Lieus bilang ke ahoker itu, "Jangan mau kalah loe. Pake salam dua jari donk."

Jadi lengkap. Lieus di tengah. Diapit salam dua jari di kiri dan pro Anies di kanan.

Semua orang sudah sadar, ada Lieus di Balai Kota. Dua orang polisi sudah merapat. Saya ajak Lieus pindah lokasi. Tapi dia asik layani Ahoker bincang-bincang dan selfi.

Baru beberapa langkah di luar teras, seorang preman flores berkata dengan nada tinggi. Lieus disarankan meninggalkan Balai Kota. Nadanya kasar. Antrian ahoker di teras serempak riuh. Ada yang teriak usir, usir...!!!

Mendengar ini, Lieus balik badan. Dia kembali masuk teras. Saling ngotot antara Lieus, preman Ahoker, pamdal dan polisi pecah. Ahoker lain rame-rame merekam show down via ponsel. Lieus marah.

Ada Ahoker bilang begini: Mau ngapain ke sini. Apa masih blom puas. Kan uda menang. Ahok udah kalah.

Sontak saya sadar. Mereka merasa Lieus dan saya sedang meledek duka nestapa mereka. Pastinya mereka sedang galau berat. Ahok kalah dua digit. Padahal didukung taipan dan kekuasaan. Eep Saefulloh Fatah bilang istana jadi posko pemenangan Ahok. Tetep aja, tumbang 16%.

Ini sama aja kita masuk kandang macan. Sena'as bila Ahok berani masuk Luar Batang. Seorang diri, tanpa pengawalan.

Keributan ini menarik perhatian. Para wartawan berebut interview Lieus. Ahoker berteriak, "Sudahlah. Jangan banyak omong kao. Apa masih kurang kerusakan yang kalian buat untuk Ahok."

Saya ngakak. Ahoker-ahoker ini galak banget. Muka-muka mereka seakan siyap menggigit Lieus.

Detik.com merilis berita ini. Lieus dikatakan diusir Ahoker karena nyerobot antrian. Padahal, siapa yang kerajian antri sampe dua jam hanya untuk selfie dengan gubernur kalah. Jelas bukan kita berdua. Ada-ada aja media mainstream sekarang.

Lieus menolak pergi. Dia malah duduk di kursi. Pamdal dan polisi berusaha membujuk. Alasan mereka, suasana tidak kondusif.

Caci-maki, sumpah serapah dan "boooo" terus terdengar. Keluar dari mulut Ahoker. Kami ketawa-ketawa aja. Lieus baru sepakat pergi setelah saya ingatkan soal waktu. Kita ada janji ketemu dengan Syahganda Nainggolan di sekitar Menteng.

Alas, Balai Kota sepenuhnya diokupasi Ahoker. Saya merasa jadi nggak memiliki Kantor Gubernur yang seharusnya jadi milik bersama.

Sepanjang jalan, tak habis-habisnya kita terbahak. Mengupas perilaku Ahoker. Mereka marah, ngamuk, kalap, sangar. Saya sampe bertanya, "Kalo tadi sempat digigit salah seorang dari mereka, kira-kira, kita bisa kena rabies nggak ya?"