AKAL YANG TERLANTAR
Oleh : Meiz Alga MochsaBanyak hal yang membedakan antara MUSLIM SEJATI dengan orang-orang MUNAFIK beserta pengikut kaum KUFFAR diantaranya adalah terletak pada penggunaan AKAL.
Biasanya MUSLIM SEJATI dengan sangat handal mampu memahami KEGUNAAN AKAL nya. Sedangkan kaum MUNAFIK dan kaum KUFFAR sama sekali tidak mampu memahami apa kegunaan akalnya. Bahkan mereka cenderung MENELANTARKAN AKALNYA dengan terbiasa menjerumuskan akal mereka pada PEMIKIRAN NEGATIF sehingga perilaku yang dihasilkanpun adalah PERILAKU NEGATIF.
Tapi anehnya,mereka justru beranggapan bahwa cara berfikir mereka adalah cara fikir yang BENAR. Disinilah terjadinya penelantaran akal mereka.
Lihatlah..MUSLIM SEJATI yang tergabung dalam suatu kelompok pergerakan dengan tujuan bersikap tegas pada AMAR MA'RUF NAHI MUNKAR seperti FPI malah dianggap sebagai perusak,pengundang rusuh,dan berbagai penilaian buruk lainnya versi mereka.
Padahal para MUSLIM SEJATI itu sangat menjaga akhlaqnya. Sementara itu,mereka yang sudah sangat jelas gemar menebar fitnah kebencian,pendukung kemaksiatan,pembela penista agama,penghina ulama,dengan sangat bangganya mengklaim diri mereka sebagai orang-orang yang MENJUNJUNG TINGGI NKRI,PENDUKUNG PANCASILA dan KEBHINEKAAN.
Mengapa ini bisa terjadi ?!? Sebab AKAL mereka sudah TERLANTAR. Akal mereka sudah sekian lama terkotori oleh KEPENTINGAN PRIBADI yang mengatasnamakan kepentingan rakyat padahal justru RAKYAT yang akan dijadikan TUMBAL. Akal mereka sudah lama TANDUS karena tak pernah digerus oleh KALIMAT SAKTI LAAILAA HAILALLAAH MUHAMMADDARASULULLAAH...
Kata-kata yang bisa mereka fahami adalah kata-kata KOTOR ! Kalimat yang bisa mereka fahami adalah kalimat UMPATAN dan HINAAN. Segala perkataan yang BAIK tidak akan bisa menembus AKAL DANGKAL mereka. Segala nasehat kebenaran tidak akan mampu menembus pendengaran mereka... Sebab mereka telah MENELANTARKAN AKAL mereka sendiri.
Sungguh,,,orang-orang seperti ini sangat PANTAS untuk kita kasihani. Sangat PANTAS untuk direvolusi. Sangat pantas untuk mendapat DOA TERBAIK dari kita atas HIDAYAH ALLAH bagi mereka. Bersyukurlah kita yang TIDAK SAMA dengan mereka akalnya.
Dengan itu pantaslah Allah memberi tugas kepada manusia 'yang berakal' (juga harus berakhlak mulia - adil, jujur dan bertanggung jawab sebagai makhluk yang beribadah kepada-Nya) sebagai Pemakmur Bumi dengan jabatan (para) Khalifah di Dunia. Dimana dalam ayat-ayat Allah ‘Azza wa Jalla menyebutkan fungsi akal yang merupakan bagian dari kerja otak yang bersangkut paut pula dengan indra dan hati (consciousness, cognition). Sebagaimana firman-Nya dalam al-Qur’an menyebutkan antara lain:
Yang demikian itu adalah karena mereka orang-orang yang tidak mau menggunakan akal (ya’qilūn). [QS al-Mā’idah 5:58]
Tidakkah kamu menggunakan akal fikiran (afalā ta’qilūn) - untuk mengerti atau memahami. [QS Yusuf 12:109]
…supaya kamu menggunakan akal pikiran (la‘allakum ta’qilūn) - untuk mengerti atau memahami. [QS al-Mu’min 40:67]
Akal manusia ini sebagai sistim yang bekerja simultan antara otak (sebagai alat memikir) dengan telinga (sebagai alat mendengar suaranya) dengan mata (sebagai alat untuk melihatnya) dengan hati (yang dapat ‘menyadari’ kejadian dan keberadaan serta sebab akibat suatu objek). Khusus mengenai masalah hati ini secara ilmiah disebut consciousness (kesadaran, hati) yang tak terlihat tapi ada (sifatnya bathin) sebagaimana firman Allah dalam al-Qur’an menyebutkannya:
Orang-orang yang kurang akal (bodoh, al-sufahā-u, tidak memahami, tidak menyadari) di antara manusia akan berkata….[QS al-Baqarah 2:142]
...wahai orang-orang yang berakal (ūlil-albāb - berakal dan beriman kepada Tuhan Rabb ‘Alamīn), ….[QS al-Baqarah 2:179]
…bertaqwakah hai orang-orang yang berakal (ūlil-albāb – berakal dan beriman kepada Tuhan Rabb ‘Alamīn). [QS al-Baqarah 2:197]
Dan jangalah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya (al-sufahā-u)...[QS an-Nisā’ 4:5]
Dan tidak ada seorangpun akan beriman, kecuali dengan izin Allah, dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya (ya’qilūn). [QS Yunus 10:100]
Demikianlah kedudukan manusia di Dunia dalam melihat, merencanakan, mengerjakan atau mengeksekusi untuk mencapai target atau rencana, dan memecahkan masalah yang ada dalam kehidupannya. Mempelajari dan memahami ayat-ayat Kauniyah - yakni tanda-tanda dari gejala-gejala atau fenomena-fenomena di alam, di masyarakat dan di dunia zaman lalu, kini dan akan datang. Juga ayat-ayat Qauliyah - yakni tanda-tanda atau makna-makna firman Allah ‘Azza wa Jalla dalam Kitab Suci Al-Qur’an sebagai pedoman dan petunjuk kehidupan. Untuk memahaminya menggunakan segala karunia yang ada pada diri manusia seperti akal, pendengaran, penglihatan dan kesadaran hati sebagaimana firman-Nya menyebutkan:
“Kemudian Dia (Allah) menyempurnakan 1 dan meniupkan ke dalam (tubuhnya) roh (ciptaan)-Nya, 2 dan Dia menjadikan kamu pendengaran, 3 penglihatan, 4 hati. 5 (Tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. 6 [QS as-Sajdah 32:19].
Bersyukurlah kita karena ALLAH masih menyehatkan akal kita. Tidak seperti mereka yang cara berfikirnya MENYESATKAN akibat dari AKAL YANG TERLANTAR...
Semangat terus saudaraku seiman dalam perjuangan tegaknya SYARIAT ISLAM. Allah bersama kita... ALLAHU AKBAR !!!